Menurut kaum Muslim yang nasionalis, bijak dan cerdas, ajaran agama harus dipisahkan dengan budaya tempat asal agama itu; misalnya: menganut agama Islam tidak berarti harus berbudaya Timur Tengah, demikian juga yang menganut agama Hindu tidak berarti harus berbudaya India. Pada dasarnya, semua agama asing semestinya menghormati budaya setempat; jadi seseorang Jawa yang memeluk agama asing, misalnya Islam, tidak perlu harus meniru budaya Arab (yang terkesan tertinggal) dan meninggalkan budaya Jawa (yang terkesan lebih maju). Menurut Gus Dur, seorang Muslim yang sangat nasionalistik, saat menentang RUU APP, menyatakan: ”Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu negara Islam,” (Kompas, 3 Maret 2006). Demikian pula Ulil Abshar-Abdalla (seorang Muslim yang cerdas, bijak dan nasionalis tulen): ”Islam itu kontekstual, dalam pengertian, nilai-nilainya yang universal harus diterjemahkan dalam konteks tertentu, misalnya konteks Arab, Melayu, Asia Tengah, dan seterusnya. Tetapi, bentuk-bentuk Islam yang kontekstual itu hanya ekspresi budaya, dan kita tidak diwajibkan mengikutinya. Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab, misalnya, tidak usah diikuti. Contoh, soal jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah, tidak wajib diikuti, karena itu hanya ekspresi lokal partikular Islam di Arab.”
Strategi Utama Pembodohan Bangsa Indonesia
1. Menggunakan prinsip : Siapa menguasai dan merajai informasi akan menang dalam pertempuran politik (Henry Kissinger, mantan Menlu USA, si Kancil ). Ruang publik seperti TV, Radio, koran, internet, kegiatan RT dan RW diupayakan untuk dikuasai. Bahkan speaker mesjid yang hingar bingar adalah bentuk nyata konsep brain washing terselubung.
2. Menggunakan prinsip: Walaupun tidak benar, namun kalau terus menerus dijejalkan, maka sesuatu yang tidak benar lalu dianggap benar (Jendral Gobel, jendral Nazi, tangan kanan Hitler). Supersemar yang hilang (yang tidak ada) dianggap benar, G30S yang melenceng dianggap benar dengan tiap tahun ada paksaan nonton film G30S, dan setiap 17 Agustus ada kewajiban upacara bendera bagi pegawai negeri (brain washing terselubung).
3. Brain washing sesuatu yang tidak benar di masa pendidikan dasar dan menengah selama hampir 10 th (TK SD SMP) di institusi pendidikan Islam namun dibantu dengan APBN negara Indonesia.
4. Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ini gerakan membuat hoax bahwa kitab suci Islam kaya dengan inspirasi science. Mengkaitkan peninggalan sejarah, perbankan, pertanian, dan speaker dengan Islam, hoax yang tidak ada duanya dari sisi kelucuan. Bandingkan dengan kitab suci Kristen yang mengatakan bahwa : Bila semua ajaran Yesus dituliskan, maka bumi dan isinya tidak akan cukup (pada penutup Injil); jadi Injil bukan kitab serba bisa melainkan memuat ajaran moral dan etika bagi kemanusiaan di dunia, sebaliknya Islam mengatakan kitab sucinya sempurna dan final (ini konyol!)
Berikut ini penjabaran strategi utama bangsa Arab membodohi dan menjajah bangsa Indonesia.
Setelah ”agama Islam” lepas dari
kurungan dan tekanan regim Soeharto dan mendapat posisi yang baik di pemerintahan
Indonesia (di motori Habibie, dan mendapat era yang baik di jaman SBY), maka
negara Islam/Arab bagaikan mendapatkan angin segar untuk bergerak bergerilya
menyerbu kebudayaan Indonesia (terutama menyerbu budaya Jawa). Indonesia adalah
negara Muslim terbesar didunia dan alamnya sangat kaya raya, maka tidak heran
negara Arab Saudi dan Iran sangat berkepentingan untuk menguasai Indonesia.
Gerilya kebudayaan Islam dan Arab begitu gencarnya, terutama lewat media
televisi dan radio. Gerilya kebudayaan ini sungguh2 nyata, kadang2 halus-tak
kentara, dan seringkali vulgar. Berikut ini contoh gerilya kebudayaan Islam –
Arab terhadap budaya Jawa:
- Dalam sinetron, hal-hal yang berbau
mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang
mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris;
kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan
pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab. Pada akhir cerita, pada umumnya lalu
digambarkan bagaimana tokoh sakti berbaju dan berbudaya Arab/TimurTengah tadi
bisa menumpas/membunuh tokoh “jahat” berbaju dan berbudaya Jawa dengan kekuatan
mantera2/doa2 dari agama asing tsb., ini sungguh gerilya kebudayaan yang luar
biasa liciknya yang tidak terpikirkan oleh manusia Jawa, namun sangat
mempengaruhi perilaku/kebudayaan mereka, karena tontonan murahan ini dihadirkan
hampir setiap hari! Pesan singkat menyesatkan dari tayangan ini adalah: tirulah
budaya kami (Arab) yang suci, tinggalkan budayamu yang kalahan dan sesat!
- Artis2 film dan sinetron digarap
duluan mengingat mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang
nalarnya kurang jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di
masukan ke salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar
televisi, koran, dan majalah2/tabloid demi membentuk mind set (seting pikiran)
masyarakat yang berkiblat ke budaya Arab.
- Internet di Bombardir dengan tulisan2
berbasis Islamisasi Pengetahuan dan Tulisan berbasis Taqiya alias hoax: Hoax
Ilmu pengetahuan juga dimunculkan, seperti Borobudur, Diponegoro, Brawijaya,
Astronut dengar azan, Teori big bang, teori nuklir, Malaikat Nahi Mungkar, dst.
Rasanya, jurus taqiya meniadakan rasa malu “memalsukan ilmu pengetahuan”. Kasus
abad pencerahan era kegelapan gereja seolah berulang kembali, kalau dulu
ilmuwan2 penemu (Galileo, Darwin, dst) dikucilkan gereja karena dianggap
bertentangan dengan kitab suci Kristen, kini dalam kasus Islam jurtru
sebalikanya, ilmuwan didorong dan diminta menulis buku atau paper ilmiah yang
sumbernya adalah kitab suci Al Qouran.
- Hoax terbesar yang sungguh menipu dan
mampu mencuri devisa dari Indonesia adalah Rukun Islam dan sholat 5 waktu yang
tidak ada di Al Qouran melainkan ada di Kitab Kuning buatan manusia, hal ini telah
dibeberkan secara tuntas oleh murtadin Muhammad KC di Youtube.
- Bahasa Jawa (dan Indonesia) beserta
ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya.
Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga
dengan ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong,
dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan istilah2
asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, marwadah, sakinah dan
soleha, madani, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab
itu membuat manusia dekat dengan surga, untuk itu diinstruksikan agar kepada
semua orang diberi ucapan ”Asalam dan wassalam”, tanpa mengingat sopan-santun
dan tepo-sliro! Sungguh cerdik dan licik.
- Kebaya, modolan dan surjan diganti
dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan
Ki dan Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan.
- Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas raja
Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat Kalimo Sodo),
padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu (banyak dewa-dewinya yang tidak
Islami), jadi bukan Islam; bukankah ini sangat memalukan? Gending2 Jawa yang
indah, mocopat, gending2 dolanan anak2 yang bagus semisal: jamuran, cublak2
suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit digerilya dan digeser dengan musik
qasidahan dari Arab. Dibeberapa tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha
menetapkan hukum syariah Islam terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban
berjilbab! Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan
Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan (kadang2 perusakan) bangunan2
ibadah dan sekolah non Islam.
- Gerilya lewat pendidikan juga gencar,
perguruan berbasis Taman Siswa yang sangat nasionalis, pluralis dan menjujung
tinggi kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini
digeser oleh madrasah2/pesantren2. Subsidi pemerintah ke Taman Siswa nyaris
nol, subsidi ke madrasah dan pesantren meningkat terus. Anak2 sejak kecil sudah
dicuci otak dengan santapan agama setiap hari dengan porsi yang tinggi sekali!
Bahasa Arab dibiasakan dan ditinggikan sejak kecil. Dinegara maju/modern, agama
tidak boleh diajarkan lagi di sekolah2 negeri, apalagi kepada anak2, karena
agama penuh abstraksi hanya bisa dikunyah oleh manusia dewasa, maka budi
pekerti yang lebih penting dan harus diajarkan pada anak2, bukan agama! Padahal
Taman Siswa adalah asli produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia
Jawa. Berapa jam pelajaran dihabiskan untuk belajar agama (ngaji) dan bahasa
Arab? Banyak, diperkirakan sampai hampir 50% nya! Tentu saja ini akan sangat
mempengaruhi turunnya perilaku toleransi dan turunnya kualitas SDM Indonesia
secara keseluruhan! Kalau Jepang dikenal sebagai work-alcoholic, maka bangsa
Indonesia saat ini sedang dibuat menjadi religion-alcoholic.
- Gerilya lewat hukum formal juga seru!
UU Sisdiknas juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasil. Sekolah swasta
berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam, sehingga
ciri mereka lenyap. UU anti pornografi yang berkiblat Timur Tengah dan yang
disebabkan ngeresnya pikiran manusia Arab juga ingin dipaksakan (coba
renungkan: seolah-olah lihat betis wanita sudah berahi – bandingkan dengan
manusia modern, atau Bali atau Jawa (pakai kemben) yang otaknya sudah tidak
ngeres lagi melihat gituan). Untuk menggoalkan UU APP, dimulai dengan provokasi
yang disengaja dengan sengaja dimasukannya majalah play boy versi Indonesia, agar
masyarakat heboh dan terpojok!
- Demikian pula dengan perbankan, mereka
ingin eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba;
istilah ke Arab2an pun diada-adakan, walaupun nampak kurang logis! Iklan yang
merendahkan martabat surga danTuhan sering dipakai, agar nasabah yang tidak
rasional tertangkap. Bangsa Arab ingin menandingi bangsa Yahudi yang menguasai
dunia finansial melalui konsep ekonomi Islam (yang amburadul) yang akan
diterapkan di negara2 Islam dalam OKI.
- Keberhasilan perempuan dalam menduduki
jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan
dengan penampilan berjilbab (diwajibkan) dan naik mobil yang baik. Para pejabat
eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk Arabisasi pakaian dinas di kantor
masing2.
- Di hampir pelosok pedesaan P. Jawa
kita dapat menyaksikan bangunan2 masjid yang megah, sumbangan dana pembangunan
dari Arab luar biasa besarnya. Bahkan organisasi seperti Pemuda Pancasila pun
pernah mendapatkan grojogan dana dari Timur Tengah untuk membangun pesantren2
di Kalimantan. Demikian pula, perorangan yang berniat membangun pondok
pesantren dijanjikan mendapatkan bantuan finansial, pondok pesantren madrasah
menjadi menjamur, luar biasa!
- Gerilya kebudayaan Islam garis keras
di berbagai kampus di Indonesia, berbagai aktivitas terselubung disusupi; tidak
heran di masjid Salman ITB pernah ditemukan ide Negara Islam Indonesia. Tidak
hanya mahasiswa, dosen dan karyawanpun terlibat. Dana dari luar yang
menggiurkan disediakan untuk event2 semacam ini.
- Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005
tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan
masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila
ulama hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama
politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek keputusan
tidak mereka hiraukan. Fatwa MUI justru sering aneh2 dan meganggu keharmonisan
kebhinekaan Indonesia! Fatwa mengucapkan selamat Natal, fatwa merayakan hari kasih
sayang (Valentine day), dst. Maka bagi sementara orang yang kritis, boleh
dikatakan, saat ini, MUI telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai
Indonesia dan menancapkan budaya Arab dengan strategi membunuh secara perlahan
kebudayaan Jawa!
- Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak
diberikannya tempat untuk keyakinan/kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam
Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum
kepercayaan asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya
akan nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan
nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dimatikan secara
perlahan! Sementara itu aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang
berasal dari RRC justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para
gerilyawan kebudayaan ini!
Setelah membaca poin2 diatas,
disimpulkan bahwa gerilya kebudayaan Arab itu sungguh hebat, cerdik, dan licik.
Mass media, terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater
(character assasination) budaya Indonesia dan meninggikan karakter budaya Arab
(lewat agama)! Pepatah mengatakan untuk mengail ikan yang besar (turis agama:
haji dari Indonesia), perlu umpan besar pula (untuk membantu pendirian masjid, pendidikan,
hukum, perbankan, dst.). Akibat gencarnya gerilya kebudayaan ini, lembaga
pendidikan dan pengkajian Islam, budaya dan pakaian muslim versi Timur Tengah
boleh dikata telah mewabah di pedesaan di Indonesia (menggantikan pakaian adat
istiadat lokal). Para gerilyawan juga menyelipkan strategi filosofi yang sangat
cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan
Barat, India dan Cina itu kebudayaan asing, Aceh itu Serambi Mekah; jadi harus
ditentang karena tidak sesuai! Padahal, kebudayaan Arab dan agama Islam adalah
asing juga dan lagi terbelakang!
1. PENUTUP
Semoga gerilya budaya Arab yang sudah dipakai
semenjak menggulingkan prabu Brawijaya lewat gerilya merangkak menggunakan
Islam dimengerti bangsa Indonesia. Akhir kata mohon artikel ini disebar luaskan
bersama artikel2 lain yang ada di blog CERDAS BIJAKSANA BERKAT INTERNET, di https://bijaksana555.blogspot.com/ , agar menjadi bahan diskusi dan obat
mujarab bagi kemajuan bangsa Indonesia yang sedang dibuat mabuk agama oleh
bangsa Arab. Menurut pengirim artikel ini, Tulisan ini tulisan lama, k.l 10 th yang lalu, lalu di update.
Rahayu. Ki Bodronoyo .
Penganut Kejawen, aktip dalam berbagai forum diskusi digital.
(Penulis adalah cucu
seorang kakek yang dikambing hitamkan sebagai PKI dan dibunuh secara kejam,
kemudian cucu cicitnya yang tidak tahu menahu dan tidak bersalah/berdosa
dibunuh secara politis dan dibunuh karakternya, sungguh kebiadaban yang tiada
duanya didunia ini, semoga Tap MPRS 1966 dicabut. Radikal Islam jauh lebih
berbahaya daripada bahaya Komunis. Terima kasih CokroTV yang senantiasa
berupaya membangun akal sehat bangsa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar